Kamis, 27 September 2012

Agrowisata Kebun teh Wonosari Lawang Jawa Timur


Jum'at, 01 Juni 2012.
Aduuuh soal UNAS-nya bikin mumet.
Jutek, sumpek, sesek sehabis UNAS yang paNAS dan gaNAS membuatku tambah jenuh di rumah. Mana kemarin ga sempat ngerayain Ultah lagi. Mana Ijasah dan SKHU belum keluar lagi...enaknya pergi ke mana ya buat refreshing? Mall..? bosen ah, ntar malah tambah sumpek. Enaknya nyari yang sejuk-sejuk gitu deh......... Ehmmm (telunjuk kutaruh di kening dan muka mendongak ke atas sambil mata berkedip-kedip...Tahu khaan aku lagi mikir? Masih pake naaanya lagii..!) Ha ha ha jangan sewot, just kidding...Nah ini dia... Gimana kalo nyari kesejukan di daerah Malang sana? Oh ya, ke Kebun Teh Lawang aja? Kata guruku sih ketinggiannya sekitar 950-1250 mdpl gitu ( tahu kan mdpl? he he, itu lho meter dari permukaan laut, bukan Makan-makan dPinggir Laut, ha ha ha) ihik ihik ihik siiip.. laaah.

Masuk gerbang perkebunan langsung disambut
oleh hijau pohon teh.
Jum'at, 08 Juni 2012.
Lho kug Jum'at lagi? iya cee soalnya khan liburku semasa di SMP Islam Darussalam Jum'at bukan Minggu? ya deh..  kulanjutin aja dulu ceritaku ya?
Aku berangkat jam 07.00 pagi, masih mampir dulu sih ke Kebun Bibit 2 Wonorejo. Ini ceritanya ada sesi pengambilan gambar buat pelengkap bahan film yang kami bikin buat dokumentasi akhir tahun. Nah makanya aku nyampe Kebun Teh sana udah agak siang (kulirik jam tangan putihku jarum pendek udah di angka 11) 


Dari area parkir membelok ke mana ya?
Lurus ke pabrik teh, kiri ke lapangan, kanan ke taman bermain,
wah lewat mana aja nanti pastinya ketemu hamparan kebun teh
Lokasi Argowisata Kebun Teh Wonosari terletak 6 km dari Lawang atau + 30 km arah utara kota Malang. Setelah melewati Pasar Lawang lalu belok kanan, jalan akses menuju lokasi berkelok-kelok dan menanjak, udah gitu ga begitu mulus. Begitu memasuki area perkebunan hawa sejuk langsung menyapa akrab, yah maklum aja kan ini berada di lereng gunung Arjuna? Rindangnya pepohonan yang daunnya melambai-lambai tak ketinggalan menyambut kami. 

Up date status dulu ahhh...
Suasana tenang nan sejuk dan rindang memang cucok
buat ngilangin penat sehabis melahap pelajaran di skul.
(he he mas..mbak..kuambil gambarnya ya?/candid camera)
Ada banyak fasilitas yang tersedia di lokasi ini, ada taman bermain, kolam renang, mini zoo, kereta mini, lahan perkemahan, kesenian daerah, jalur sepeda sehat, lapangan voli, lapangan tenis, driving area, hingga flying fox. Ada fasilitas yang diberikan secara gratis, ada juga yang dikenai biaya. 
(bersambung)

narsis.com dulu aahhhh hi hi hi.
Aduuhh ke manapun mata ngelliat, hijau melulu.
ku-convert ke BW aja ya?



Habis menyiangi rumput. Kalo pemetik daun tehnya cewek-
cewek semua tapi udah tua-tua ga kayak iklan produk teh di TV










Lone ranger. Makan siang dulu ahhh...! (image by: Kak Zhen)

Can't you take a look at me any closer? You'll see how beautiful I am.
Aduuuh.. lupa lagi, bunga apa ini ya? (image by: kak Zhen)

Mencoba komposisi yang tak lazim dalam pemotretan biar ga monoton he..he..

Ekowisata Hutan Mangrove Pamurbaya


Kamis, 10 Mei 2012.

Saat itu kami kelas IX SMP Islam Darusalam Simokerto sudah tidak begitu aktif pelajaran, tiba-tiba Pembina Ekskul Jurnalistik dan Videografi Bpk. Abdoel Kholiq masuk ke ruangan kelas kami. Tanpa banyak basa-basi langsung menyeleksi kami yang pernah ikut ekskul dasar-dasar jurnalistik di kelas VII dulu. terpilihlah 12 anak kelas IX B, aku di antaranya.

Yup, segera kami dibagi menjadi dua kelompok dan ditugasi menggali bahan tentang manfaat penghijaun taman kota Surabaya serta hutan mangrove khususnya di Pantai Timur Surabaya dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Sabtu 12 Mei 2012
Minta do'a dulu kepada Bpk. Ikhlash (Guru Agama kami)
dan berpose sebelum berangkat
Well, here it is... Bahan udah kami dapatkan, pagi-pagi jam 07.00 kami udah siap di depan sekolah dalam seragam putih biru, dengan dua mobil Avanza kami meluncur ke lokasi hutan mangrove Wonorejo Surabaya. misi kami jelas, mengetahui langsung kondisi Hutan Wisata Mangrove di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) dalam ikut menjaga keseimbangan ekosistem, tapi kegiatan kami ada berbagai jenis: jurnalistik, pelatihan videografi, fotografi, yaah pastinya capek banget.
Kug ga ada becak ya...? he... he...
Hutan Mangrove, here we are coming. Wah teman-teman, tempatnya "biasa aja"  jangan bayangin tempatnya kayak umumnya wisata pantai ato malah mbayangin kayak mall, wuih jauh dari itu, so kalo kamu ga "ngeh" terhadap ekowisata ya ga usah ke situ.  Gerbang bambu berikat tali ijuk pohon aren menyambut kami, keluar dari lapangan parkir segera kami disambut sederetan warung sederhana kaki lima yang menyediakan menu pengganjal perut dan pelepas dahaga. tak jauh dari warung udah siap siaga petugas tiket bagi yang ingin menyewa perahu ke gazebo di Pos II Pantai Timur Surabaya. kami berjalan menuju geladak, kanan-kiri tumbuhan didominasi oleh bakau (Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata), api-api (Avicennia alba), Pidada(Sonneratia caseolaris), dan buta-buta (Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan asosiasi bakau juga dapat ditemukan di daerah ini ketapang (Terminalia catapa) dan nipah (Nypa fructicans).

Mewawancarai haasil observasi teman-teman.
Pake gadget Tablet, wow kereen...
Kalo binatangmya, kata pembimbingku sih Setidaknya ada 140 jenis burung pulau Jawa terbesar ada pada kawasan mangrove hutan konservasi Wonorejo. Sekitar 84 dikategorikan sebagai menetap, 12 sebagai spesies dilindungi, dan 44 sebagai spesies migran. Di Wonorejo,  Kita  bisa menemukan burung air terbesar, cangak merah (Ardea purpurea). Ketinggian cangak merah dewasa bisa  mencapai satu meter. Selain itu kita juga dapat menemukan remetuk laut (Gerygone sulpurea), burung yang ukurannya hanya sekecil ibu jari seorang pria. Ada juga gagang-bayam timur (Himantopus leucocephalus), seekor burung dengan kaki terpanjang di dunia.

Tapi yang paling sering, kok saya bertemu burung bangau putih (Ciconia ciconia) pelatuk lokal  (Dendrocopus macei)yang dikenal sebagai caladi ulam, burung ini biasanya mematuk ke dalam batang pohon untuk mencari beberapa serangga sebagai mangsa. Dengan dibantu kak Fauzan (itu lho, instruktur fotografi yang biasanya menenteng kamera DSLR dan sering ngomongin tentang istilah IR, HDR atau apalah R-R yang lainnya, kami jeprat jepret sana-sini, lumayan lah hasilnya tapi ada juga yang over exposure, aduuh lupa terus nyettingnya, mendingan pake kamera digital saku he..he... (Aduuh, aku lagi capek, bersambung di lain waktu ya....?)  OK, CU next time and thanks for visiting my blog.
Berpose dulu buat bahan posting-an dan up date status di FB












Bersama Ibu Pembina OSIS















Nampak  hutan bakau di kanan-kiri kali Jagir
ketika kami naik perahu ke Pos II Pantai Timur Surabaya

Bangau putih lagi, nampak di kejauhan
bertengger di ujung ranting

Don't let me alone here...!
Upaya penanaman kembali hutan mangrove.

Ada gazebo untuk mengamati dan menikmati suasana
pinggir laut.

Buat kami yang udah capek, gazebo buat istirahat juga..


"Dapat ikan berapa Pak sehari?" Tanya Kak Wafiq kepada seorang
nelayan. "Kalo saya sich sukanya memancing di Pasar Pabean. ihik ihik" 

Kak Fauzhen memeriksa hasil foto.

Marching Band Sekolah


Menjadi mayoret sama capeknya dengan memainkan
instrumen
Berpose sejenak sehabis penampilan
"Hei kamu!" Tunjuk Mas Heri Instruktur ekskul marching band sekolahku secara tak terduga kepadaku (ini ceritaku ketika masih SMP Islam Darussalam Simokerto Surabaya tahun 2011 lalu, sekarang sih aku udah SMK). "Lho Mas, saya salah apa?" Tanyaku kaget karena meski wajahnya ramah tapi tunjukan mendadak itu tak urung membuatku kaget bin penasaran. "Ga salah apa-apa, kamu kutunjuk jadi mayoret bersama  dua temanmu yang lain, harus mau!" Jelas Mas Heri. "Oh My Gosh." Jeritku dalam hati antara senang dan susah. Senang karena tidak sembarang anak bisa ditunjuk menjadi mayoret. Susah karena menjadi mayoret tantangan tersendiri, dibutuhkan skill untuk bisa melakukannya dengan baik. Bisa ngga ya aku mengatasi tantangan ini? "Untuk tahap awal kalian belum langsung memegang tongkat dulu." lanjut Mas Heri kembali mengejutkan lamunanku. "Oke deh Mas, saya siap." Jawabku. Tak apa tak memegang tongkat dulu, semua harus kumulai dari yang mudah. "Nothing is easy but nothing is impossible!" tekadku dalam hati. Tapi rada aneh juga ya menjadi mayoret tanpa tongkat? Ibarat wasit tanpa peluit, ibarat tentara tanpa senjata, ibarat hape tanpa pulsa, ibarat facebook-an tanpa tombol Add, ibarat semangkuk bakso tanpa sebiji pentolpun! He he he. Hari itu memang lagi ada seleksi pemain marching band siapa aja yang ikut, t'rus siapa memegang alat apa, t'rus ya gitu deh... 

Pemain marching band juga manusia yang merasakan capek dan lapar... 

Aduuuh gerakanku udah benar apa ngga yaa?
Aku ngecek hasil shot di handicam